Tema : Penduduk, Masyarakat, dan
Kebudayaan
Kebudayaan
Bangsa Indonesia Tentang Lingkungan Sekitarnya
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan
adalah konsep-konsep yang pertautannya satu sama lain sangat berdekatan.
Bermukimnya penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu
pula, memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut. Ini
berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin
akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena penduduk.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah
sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk khususnya. Karena di samping
berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara dan bahkan dunia.
Misalnya dengan bertambahnya penduduk berarti pula harus bertambah pula
persediaan makanan, perumahan, kesempatan kerja, jumlah gedung sekolah dan
sebagainya. (Harwantiyoko, 1997:10)
Pada umunya, penduduk atau
masyarakat yang telah lama menempati suatu wilayah tertentu akan mempunyai
suatu tata tertib atau kebudayaan yang biasanya mereka lakukan. Kebudayaan yang
mereka lakukan itu biasanya merupakan peninggalan para nenek moyang mereka pada
zaman dahulu. Seiring lahirnya generasi muda, kebudayaan itu mulai hilang dan
bermunculan kebudayaan-kebudayaan baru. Kebudayaan-kebudayaan baru itu pun ada
yang bersifat negatif dan bersifat positif.
Kebudayaan yang bersifat
negatif salah satunya adalah membuang sampah disembarang tempat. Kebudayaan
membuang sampah sembarangan itu sudah lama ada dan sampai sekarang masih tetap
dilakukan. Pada zaman sekarang, tempat pembuangan sampah sudah banyak ditemukan
di pinggir jalan. Seperti di halte bus, perkantoran, sekolah, taman kota, lahan
permainan, dan bahkan ditiap-tiap rumah sudah menyediakan minimal 1 (satu)
tempat sampah. Bahkan dalam radius beberapa meter pun tempat sampah itu dapat
ditemukan. Namun kenyataan itu tidak berbuah manis seperti yang kita harapkan.
Masih banyak orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Baik itu di pinggir
jalan maupun dibuang ke sungai-sungai.
Bantaran sungai-sungai di
Indonesia saat ini, contohnya di kota Jakarta, sudah dipenuhi dengan tumpukan
sampah yang berasal dari pembuangan sampah liar. Akibatnya, bencana banjir pun
tidak dapat ditanggulangi lagi. Sampah-sampah tersebut menyumbat aliran air
sungai untuk diteruskan ke laut. Karena sampah tersebut semakin banyak, aliran
air pun tertutup dan menyebabkan permukaan air lebih tinggi dari daratan dan
mulai masuk ke tempat tinggal warga sekitar.
Banjir merupakan salah satu
dampak dari kebudayaan negatif membuang sampah tidak pada tempatnya. Contoh
lainnya adalah merokok disembarang tempat (bukan pada ruangan khusus untuk
perokok). Makin hari, kendaraan bermotor semakin banyak. Asap pembuangan
kendaraan pun semakin menambah komposisi udara di sekitar kita. Asap rokok pun
demikian. Tidak hanya merugikan si perokok, tetapi juga merugikan orang-orang
yang ada di sekitarnya. Walaupun telah dibuat undang-undang tentang pelanggaran
merokok di tempat umum, tetapi masih banyak masyarakat yang mengabaikan
peraturan itu. Ketidaksadaran diri inilah yang harusnya bisa kita hilangkan
untuk dapat membuat lingkungan kita lebih layak untuk dihuni. Kebudayaan
negatif seperti itulah yang perlu kita tinggalkan. Dampaknya pun tidak hanya
menimpa orang lain, tetapi juga menimpa diri kita sendiri.
Kebudayaan yang positif sudah
jarang ditemukan di kota-kota besar. Namun hal itu dapat ditemukan di
pelosok-pelosok kota atau di pedesaan. Kebudayaan penduduk desa biasanya masih
belum terkontaminasi dengan kebudayaan di perkotaan. Kebudayaan tolong-menolong
dan peka terhadap lingkungan pun masih dapat kita temukan. Kebudayaan inilah
yang seharusnya patut kita pertahankan. Tidak heran kalau kita melihat suasana
di pedesaan tentu lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali. Semua itu bisa
terwujud karena masih banyak penduduk yang peduli terhadap lingkungan. Tidak
seperti lingkungan perkotaan yang penduduknya lebih banyak bersifat
individualis dan menyebabkan lingkungan perkotaan saat ini sudah penuh dengan
berbagai hasil limbah dan polusi.
Kebudayaan-kebudayan yang
positif dan yang negatif pada saat ini seharusnya bisa jadi tolak ukur dalam
kehidupan kita agar dapat menjadikan hidup kita ini lebih tertata rapi. Dengan
bantuan masyarakat di sekitar kita pun tentu lebih mudah dilakukan. Kebudayaan
tidak akan berjalan tanpa peran penting dari masyarakat itu sendiri. Dan
masyarakat pun tidak akan bisa berkembang tanpa adanya kebudayaan-kebudayaan
tersebut.
Dewasa ini dan seterusnya,
hendaklah kita bisa lebih bersikap positif dalam berbagai aspek kehidupan.
Tinggalkan kebudayaan-kebudayaan negatif yang selama ini membuat lingkungan
hidup kita semakin memburuk. Buatlah suatu kebudayaan positif yang mempunyai
dampak baik untuk kita semua. Setidaknya kita bisa mempertahankan kebudayaan-kebudayaan
positif yang sudah ada dan terus mengembangkannya. Dengan usaha sekecil apapun,
lingkungan kita tentu akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mulailah dari
diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita. Tanamkan terus
kebudayaan-kebudayaan positif dalam diri kita untuk menjadikan lingkungan hidup
kita semakin baik.
Created by : Nanda Maya Utari
0 comments:
Posting Komentar