Dalam konteks kekinian, hasil karya manusia itulah yang disebut kebudayaan. Jadi, secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta [serta akal budi] manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan] manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta situasi dan kondisi manusia berada.
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan [hasil-hasil] kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya [dan tradisi] tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan [misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir] diisi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Adanya hasil-hasil kebudayaan baru dan terbaru [IPTEK, bahasa, seni, dan lain-lain], berdampak langsung maupun tidak, pada perubahan dan gaya hidup dan kehidupan manusia. Sepanjang sejarah manusia, ada banyak temuan baru [pada berbagai disiplin ilmu] yang menghantar pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan. Penemuan-penemuan baru itu, kemudian menyatu dengan gaya hidup dan kehidupan manusia, bahkan dijadikan standar kebutuhan utama yang universal, [misalnya, listrik, televisi, radio, mobil, rumah serta perabotannya, bahkan telepon genggam, dan lain-lain].
Hasil-hasil IPTEK yang dijadikan standar kebutuhan utama [yang juga terus berkembang dan bervariasi] memberi muatan baru pada kebudayaan. Kemudian menghasilkan gaya hidup modern atau [dengan salah kaprah] disebut juga peradaban modern. Dan, terjadi sesuatu yang absurd; jika seseorang masih terikat dengan nilai-nilai tradisional, maka ia disebut berbudaya lama; sebaliknya jika mengikuti gaya hidup modern, maka disebut berbudaya modern. Padahal, jika kebudayaan dimengerti sebagai keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan] manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya, maka sebetulnya tidak ada yang disebut berbudaya modern maupun berbudaya lama dan tradisional.
Referensi : http://www.jappy.8m.net/blank_30.html
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan [hasil-hasil] kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya [dan tradisi] tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan [misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir] diisi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Adanya hasil-hasil kebudayaan baru dan terbaru [IPTEK, bahasa, seni, dan lain-lain], berdampak langsung maupun tidak, pada perubahan dan gaya hidup dan kehidupan manusia. Sepanjang sejarah manusia, ada banyak temuan baru [pada berbagai disiplin ilmu] yang menghantar pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan. Penemuan-penemuan baru itu, kemudian menyatu dengan gaya hidup dan kehidupan manusia, bahkan dijadikan standar kebutuhan utama yang universal, [misalnya, listrik, televisi, radio, mobil, rumah serta perabotannya, bahkan telepon genggam, dan lain-lain].
Hasil-hasil IPTEK yang dijadikan standar kebutuhan utama [yang juga terus berkembang dan bervariasi] memberi muatan baru pada kebudayaan. Kemudian menghasilkan gaya hidup modern atau [dengan salah kaprah] disebut juga peradaban modern. Dan, terjadi sesuatu yang absurd; jika seseorang masih terikat dengan nilai-nilai tradisional, maka ia disebut berbudaya lama; sebaliknya jika mengikuti gaya hidup modern, maka disebut berbudaya modern. Padahal, jika kebudayaan dimengerti sebagai keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan] manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya, maka sebetulnya tidak ada yang disebut berbudaya modern maupun berbudaya lama dan tradisional.
Referensi : http://www.jappy.8m.net/blank_30.html
0 comments:
Posting Komentar