Kamis, 09 Mei 2013

Kamu dan Hujan

Tik. Tik. Tik

Gerimis hilang. Berganti dengan air hujan yang turun dengan sangat deras. Namun dia tetap mengendarai kendaraannya dengan kencang. Aku kedinginan.

“Kita ngga bisa berhenti dulu?” tanyaku.
“Lihat nanti ya...” jawabnya.

Hening.

“Mau berteduh dulu?” tanyanya padaku dengan suara setengah berteriak.
“Iya, aku sudah hampir basah kuyup.” jawabku.

Seketika dia langsung menarik pedal gas itu dengan cepat sambil mencari tempat untukku dan dia berteduh. Tidak lama, dia memberhentikan motornya di sebuah gubuk kecil di pinggir jalan.

“Tidak apa-apa kan kalau kita berteduh disini?”

Aku cuma menganggukkan kepala sambil merapatkan lipatan tanganku. Tersenyum. Dia memberikan jaketnya padaku.

“Kamu kedinginan. Harusnya aku tidak memaksakan untuk terus berjalan di tengah hujan tadi. Maafkan aku ya.” katanya sambil terus menggenggam tanganku.

Sekali lagi, aku cuma bisa tersenyum dan menganggukkan kepala.
Hangat. Kamu memelukku dengan hangat. Pelukan yang sampai sekarang masih bisa kurasakan. Tidak peduli berapa pasang mata yang melihatmu, kamu akan selalu melindungiku dengan caramu sendiri. Aku tahu, kamu sangat kedinginan saat itu. Tapi kamu lebih memilih untuk menghangatkanku.

“Saat-saat seperti inilah yang aku rindukan. Terasa begitu dekat denganmu.” kataku.

Dia menatapku. Tatapan yang tidak pernah bisa aku balas. Aku hanya menunduk.

“Apa kamu masih menyayangiku?” tanyanya. Deg! Apa maksud pertanyaannya tadi? Aku diam untuk beberapa saat.
“Aku tidak tahu.” jawabku masih dengan menundukkan wajah.

Dia mengangkat wajahku. Oh Tuhan, aku tidak pernah bisa menatapnya. Mata itu. Dia mendekatkan wajahnya. Dan ... Dia mencium keningku.

“Aku tidak akan memaksamu untuk kembali mencintaiku. Hati akan memilih orang yang pantas memilikinya.” jawabnya dengan tersenyum.

0 comments:

Posting Komentar