Terkadang bahagia itu
tidak selalu indah ...
Aku ingat sekali saat itu, di rumah temanku. Teleponku
berbunyi. “Tumben banget ada yang nelpon. Biasanya juga sms.” gumamku. Tapi
panggilan itu tidak langsung ku angkat, karena nomor tersebut tidak ada di kontak
teleponku. Tidak lama kemudian nomor itu kembali menghubungiku kembali.
“Hallo?” sapaku. “Hihi.. Haloooo. Hahaha” jawab suara diseberang sana. Tuh
kan... Sekalinya ada yang nelpon malah anak kecil ngga jelas. “Iya, ini siapa
ya?” jawabku kembali. “Tut tut tut tut tut ...” panggilannya dimatikan. Biasa
banget deh. “Siapa may?” tanya temanku. “Ngga tau tuh, anak kecil. Udah yuk
lanjut lagi latihannya.” jawabku setengah semangat. Saat perjalanan pulang dari
rumah temanku tersebut, nomor aneh itu terus menghubungiku. Aku diamkan saja.
Sesampainya di rumah, aku angkat saja panggilan tersebut. “Hallo, siapa ni?”
tanyaku. “Sorry, tadi adikku iseng. Dari tadi saya coba menghubungi kamu, tapi
ngga diangkat. Sekali lagi maaf ya.” jawab orang di telepon itu. Laki-laki.
Minta maaf. “Oh iya, gapapa kok. Lain kali kasih tau adiknya ya, jangan suka
ganggu orang.” kataku. “Iya pasti saya kasih tau kok. Maaf ya, mbaaaa
mmhhh...”. “Maya, panggil saja saya maya.” lanjutku. “Iya mba maya, maaf.”
katanya. “Duh, jangan panggil saya mba, panggil saja maya.” ucapku setengah BT.
“Eh iya, Maya. Sudah dulu ya, maaf ganggu waktu kamu. Bye.” katanya. “Iya,
gapapa. Bye.” jawabku.
Ya ... Itulah awal perkenalanku dengannya. Muhammad
Steven Dwi Andrika. Laki-laki berdarah Indonesia-Belanda, pintar, tinggi,
putih, dan sangat jauh berbeda denganku. Tapi dialah yang membuatku mengerti
bahwa cinta itu tidak harus sempurna. Cinta itu tidak harus sama. Dia yang
disenangi wanita lain yang jauh lebih sempurna dibandingkan denganku, tapi
tetap memilihku untuk menjadi pasangannya. Dia yang selalu membelaku di depan
adiknya karena adiknya tidak pernah menyukaiku. Dia yang nyatanya tak pernah
bisa kumiliki.
Dia sekolah di salah satu SMA Negeri favorit di kotaku.
Aku termasuk jarang bertemu dengannya karena dia tidak mempunyai banyak waktu
untuk keluar rumah. Kerjaannya hanya belajar, belajar, dan belajar. Aku sempat
bosan dengan hubungan ini. Namun, aku bertahan karenanya. “Sabar ya sayang,
kalau tugasku ini selesai aku langsung telepon kamu J”
itulah balasan SMS nya saat aku sudah marah-marah. Dia setingkat lebih tinggi
diatasku. Saat itu aku kelas 1 dan dia kelas 2. Namun terkadang dia bisa lebih
kekanak-kanakan daripada aku. Setelah kenaikan kelas, dia mulai menghilang. Aku
sudah mencoba menghubungi mamanya, adiknya, maupun temannya. Namun hasilnya
nihil.
6 bulan kemudian ...
“Ganti ke kartu lama ah, udah lama ngga diaktifin.”
gumamku. Saat itu aku memang menggunakan kartu baru agar bisa melupakan “dia”.
Saat itu pukul 15:35, yang artinya setengah 4 lewat dikit. Setelah kartu lamaku
diaktifkan kembali (setelah 1 minggu tidak diaktifkan), ada beberapa SMS yang
masuk. Dan ada SMS dari “dia”.
Sayang, ini Steve. Mudah-mudahan kamu masih sempat baca sms ini. Maaf
beberapa bulan kemarin aku tidak pernah menghubungi kamu. Aku dapat kesempatan
akselerasi dan aku berhasil. Tapi berita buruknya, saat ini aku ada di bandara.
Mama menyuruhku untuk melanjutkan kuliah di Australia. 30 menit lagi pesawatku
take-off. Aku harap kamu bisa nunggu aku di Indonesia. Aku minta maaf karena
belum sempat pamit sama kamu. Saat liburan nanti aku akan balik ke Indonesia dan
ketemu sama kamu. Aku janji. Kamu jaga diri baik-baik ya. Jangan sampai
diganggu cowok lain J I miss you, I love you, my dear
:* :* :*
SMS ini masuk 20 menit
yang lalu. Oh God... Apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus senang karena
dia telah memberi kabar kepadaku atau aku harus marah karena dia harus pergi
dan tidak sempat pamit padaku? Langsung saja ku telepon nomornya. Tidak ada
jawaban. Kuhubungi sampai 5 kali. Namun tetap tidak ada jawaban. Lalu kubalas
saja SMS itu.
Kamu hati-hati disana ya ... Aku akan
selalu tunggu kamu, asal kamu jaga kepercayaanku. Belajar yang bener. Jangan
sampai lupa untuk memberitahuku kalau kamu sudah sampai. I will always love you
:* :* :*
Delapan menit kemudian
dia membalasnya...
Aku berangkat ya sayang, sukses terus
buat kamu. Sampai ketemu nanti :* I love you ...
Itulah SMS terakhirnya
sebelum berangkat ke Australia. Setelah itu nomornya tidak bisa dihubungi lagi.
Dia pun tidak pernah memberitahu apakah dia sudah sampai di tujuan atau belum,
bagaimana keadaannya, bagaimana sekolahnya, ataupun yang lainnya.
Teleponku berbunyi. Lagi dan lagi, nomor yang tidak ku
kenal. “Hallooooooo sayangku ...” teriak suara diseberang sana. “Siapa ya?”
kataku setengah nyeleneh. “Duh, masa
kamu lupa sama suara aku. Aku steve loh.” jawabnya. “Steve apa nama
panjangnya?” tanyaku masih belum yakin. “Muhammad Steven Dwi Andrika dong :D”
jawabnya dengan nada yakin. Entah apa yang harus aku lakukan kali ini. Hampir 6
bulan dia tidak pernah ada kabar dan sekarang dia meneleponku. Aku hanya senyum-senyum
saja. “Kamu kemana aja sih? Ngga ada kabar sama sekali. Aku pikir kamu
kenapa-kenapa.” tanyaku padanya dengan air mata bahagia. “Cup cup cup cup... Maya
ku sayang, jangan nangis dong. Aku baru aja sampai di rumah. Besok kita
jalan-jalan yuk. Aku kangen banget sama kamu.” katanya padaku. “Siap kapten
!!!” jawabku penuh semangat. Dan kami pun berbincang kembali.
Esoknya aku menghabiskan waktu dengannya. Nonton, makan,
bermain, keliling kota tempat tinggalnya. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku
sangat senang saat itu. Dikecup keningku saat kami akan berpisah. Ku peluk dia
seakan aku tidak bisa memeluknya lagi. “Kamu jangan tinggalin aku lagi ya.”
kataku. “Kalau kuliah ku sudah selesai, aku akan selalu bersamamu” jawabnya
dengan senyum. Ya, senyum yang hanya dimiliki olehnya. Senyum terakhir yang aku
lihat darinya.
Sejak pertemuanku dengannya itu, dia tidak pernah ada
kabar lagi. Aku pun sudah mulai terbiasa. Namun ini sudah lebih dari 6 bulan.
Aku putuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Tiba-tiba temannya yang ada di
Australia mengirimkan SMS untukku.
Gw Ardi,
temannya Steve. Lo pasti Maya kan? Gw cuma mau kasih tau kalau disini Steve
udah punya cewek dan sebentar lagi dia mau tunangan. Jadi sebaiknya lo ngga
usah mikirin dia lagi. Dia juga ngga pernah mikirin lo kok. Mendingan lo cari
yang lain.
Bagaikan ditimpa batu
besar di atas kepalaku, aku cuma terdiam. Apa maksud dari semua ini? Apa semua
ini benar? Apa ini cuma akal-akalan adiknya Steve buat ngejauhin gw dari
kakaknya. Dua hari kemudian, adiknya Steve meneleponku. Dia berkata bahwa
kakaknya itu sedang dekat dengan perempuan yang ia temui di Australia dan aku
harus menjauhi kakaknya itu. Namun saat aku sedang berbicara dengan adiknya,
telepon itu direbut oleh seseorang. Steve. “Tolong kamu jangan percaya sama apa
yang diomongin adikku. Itu semua bohong. Perempuan itu cuma temanku.” katanya.
“Steve? Kamu ada di Indonesia? Kamu kok ngga kabarin aku.” tanyaku padanya.
“Aku minta maaf, aku susah buat kabarin kamu. Panjang ceritanya.” jawabnya. “Cukup
ya, aku capek. Mungkin sebaiknya kita emang ngga kayak gini. Kamu lebih baik
sama perempuan itu, perempuan yang disukai adik kamu dan jauh lebih sempurna
dibandingkan aku.” langsung ku tutup panggilan tersebut. Aku hanya bisa berdiam
diri di kamar semalaman. Mengulang semua kenangan antara aku dan dia. Meneliti
lagi apa yang seharusnya tidak aku mulai dengannya. Menyalahkan keadaan yang
seharusnya tidak pantas untuk disalahkan. Dan menangisi orang yang sejak awal
tidak boleh aku cintai.
Pagi itu ...
May, ini Steve.
Tanggal 26 Desember nanti aku tunangan sama Gean. Aku harap kamu datang,
setidaknya aku ingin bertemu kamu untuk terakhir kalinya. Aku tunggu.
Pagi-pagi dapat SMS
yang kayak gitu, langsung bikin bad mood seharian. Tentunya aku tidak mau datang
ke acara itu. Itu hanya membuatku sakit hati dan bahkan bisa merendahkan harga
diriku di hadapan tamu lainnya...
Dan pada hari ini,
tanggal 26 Desember cerita ini selesai. Tidak ada lagi aku. Tidak ada lagi
kamu. Tidak ada lagi kita. Cuma hanya kenangan yang kujadikan pelajaran untuk
kedepannya. Aku berharap setelah kali ini kamu menghilang dengan perempuan itu,
kamu tidak pernah menghubungiku lagi. Aku tidak mau kamu datang dengan
tiba-tiba lagi. Dan aku tidak mau kamu pergi lagi dengan tiba-tiba. Kamu akan
bahagia dengan jalanmu dan aku akan bahagia dengan jalanku, karena bahagia
tidak selalu indah ... J
0 comments:
Posting Komentar