Dia. Cuma teman. Tidak lebih dari itu.
Tidak juga berganti menjadi teman spesial atau sejenisnya. Aku tidak tahu sejak
kapan perasaan ini ada. Tapi aku tahu, dia tidak akan mencintaiku.
“Makan yuk ... Lapar nih.” tanyaku pada
teman-temanku dengan suara agak keras. “Ayo deh.” jawab mereka bersahutan.
Keadaan seperti inilah yang selalu aku inginkan. Berkumpul bersama teman-teman
dan “dia”. Cuma ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk dekat denganmu.
“Anin, hari ini lo makan apa?”. “Ngga tau deh. Yang penting kenyang.” jawabku.
“Ayo sini jalan disamping gw. Kalau hilang kan repot.” ajakmu. Aku tersenyum.
Lelucon untukku yang sebenarnya tidak begitu lucu, namun aku senang
mendengarnya. Sesampainya di tempat
makan, aku dan teman-temanku langsung memesan makanan. Aku tahu apa makanan
kesukaannmu, aku tahu bagaimana caramu makan, caramu bergaul dengan temanmu,
aku tahu setiap detail dari dirimu. Namun tetap saja, kamu itu cuma “teman”ku. Aku
tidak berani untuk sekedar menatap wajahmu, menanyakan sesuatu, atau mengobrol
denganmu. Aku takut dirimu mengetahui perasaanku.
Memakai topeng didepanmu sangat tidak
enak. Namun keadaan inilah yang harus kujalani. Aku takut merusak persahabatan
kita. Aku wanita. Aku tidak mungkin memulai lebih dulu. Aku akan berusaha
selama mungkin untuk bertahan di dalam keadaan ini. Aku ingin tetap mengagumimu
dari sini. Di tempat duduk ini, dengan mata yang sudah mulai mendung.
0 comments:
Posting Komentar